Pages

Monday, December 30, 2013

Dari Rasa Bertaut Jiwa



Sesungguhnya apabila rasa bersatu dengan jiwa
Maka tiada nikmat yang mampu kita dustakan lagi
Lantaran itulah nikmat yang Allah titipkan bekal rahmat-Nya

Membaca entri seorang sahabat yang baru menamatkan zaman bujangnya awal bulan lalu membuat saya jauh berfikir tentang hidup 'berdua'

'Berdua' itu rasa fitrah. Namun memilih untuk 'berdua' dalam keadaan kecamuk rasa dan tergesa-gesa mengundang retak dan pecah belah di kemudian hari.

Berjalan bersembang, datang kisah tentang perpisahan antara mereka
Allah, saya beristighfar. Kadangkala, senyum orang jangan disangka tiada duka.
Lantas saya belajar untuk lebih berhati-hati dalam bertanya
Terutama soal kahwin dan zuriat.
Karena saya juga merasakannya. Dihenyak dengan soalan bertubi-tubi, tiada jawaban.

Hanya mengetap bibir, sambil airmata bergenang

Allahu Rabbi

Kala diuji dengan suatu 'penyakit'
Maka datangkan hakikat ketakutan dari orang lain
Takut mewarisi sakit ini

Sesungguhnya hanya kepada Allah kuadukan seluruh perasaan ini
Perasaan sedih, duka, kecewa, luka
Lantas kerana aku sudah tidak mampu membayar air mata yang mengalir
Saat aku berfikir tidak-tidak pada takdir

Buat baki-baki usia ini
Tak kuhadirkan dalam doaku
Melainkan agar Tuhan berikan untukku apa yang terbaik
Jika ada teman yang sudi singgah dan memimpin tanganku mencari redha Tuhan
Maka aku menerimanya dengan penuh kesyukuran
Namun andai tidak langsung ada yang sudi setelah dikhabarkan ujian untukku ini
Aku yakin
Di syurga nanti ada yang jauh lebih baik

Kerana pemuda syurga itu
Adalah pemuda yang Allah pilihkan untuk setiap wanita yang menjaga kesucian di dunia

Karena itu jugalah
Aku tetap meminta dari Tuhan-ku
Sucikan mawar agamaku
Kuatkan keikhlasanku
Tabahkan hatiku
Dan lapangkan hatiku dalam mendepani ujian ini

La hawla wa la quwwata illa billah...

.............

Aku tidak membisik
Melainkan Allah selalu ada Mendengar bisikanku

No comments:

Post a Comment